Lima Kata Kunci (Keyword) Rahasia Sukses Kepemimpinan

Selasa, 21 Juni 2011

Dalam suatu organisasi apapun, kepemimpinan memegang peran yang penting. Bahkan segala sesuatu akan bangkit dan jatuh karena kepemimpinan. Salah satu konsep kepemimpinan yang ditawarkan oleh praktisi manajemen di Amerika adalah konsep SERVE yang dalam bahasa Indonesia berarti Melayani. Konsep utamanya ialah bahwa, apapun jabatan atau kedudukan formalnya, orang-orang yang ingin menjadi pemimpin besar harus mempunyai sikap melayani orang lain. Melalui buku "The Secret – Rahasia Kepemimpinan" oleh Ken Blanchard dan Mark Miller, konsep SERVE dijelaskan secara singkat tapi lugas. Berikut cuplikan buku tersebut yang secara kebetulan buku tersebut adalah kado ulang tahun dari staf saya, Dini Wulansari.

SERVE sendiri merupakan singkatan dari lima kata kunci yaitu:

S- See the Future (Melihat Masa Depan)
E- Engage and Develop Others (Libatkan dan Kembangkan Orang Lain)
R- Reinvent Continuously (Temukan Kembali Terus Menerus)
V- Value Results and Relationship (Hargai Hasil dan Hubungan)
E- Embody The Values (Mewujudkan Nilai)


Huruf pertama S- See the Future mempunyai makna bahwa para pemimpin harus bersedia dan sanggup membantu orang-orang yang mereka melihat tujuannya, dan juga keuntungan-keuntungan melangkah kearah sana. Setiap orang perlu melihat dirinya, kemana mereka pergi, dan apa yang akan menuntun perjalanan mereka.

Huruf kedua E dalam SERVE menjelaskan bahwa Engange and Develop Others (Libatkan dan Kembangkan Orang Lain) ada dua hal yaitu pertama, merekrut atau memilih orang yang tepat untuk tugas yang tepat. Itu berarti mempunyai pemain-pemain yang tepat dalam suatu tim. Kedua, lakukan apapun yang diperlukan untuk melibatkan hati dan kepala orang-orang tersebut. Dalam sejarah, banyak pemimpin telah menggunakan tangan dan yang lain tidak sama sekali. Barangkali dari sanalah istilah hired hands (orang upahan) berasal.

Kemudian ada huruf R singkatan dari Reinvent Continuously. Disinilah nilai kreativitas pemimpin dilihat. Pemimpin harus bersedia menemukan kembali setidaknya ada tiga tahap. Tahap pertama, bersifat pribadi. Beberapa pertanyaan utama yang harus diajukan adalah "Bagaimana saya belajar dan tumbuh sebagai seorang pemimpin?" "Apa yang saya lakukan untuk mendorong orang-orang dalam kelompok saya agar terus menerus belajar dan menemukan kembali diri sendiri?". Tingkat penemuan kembali yang kedua adalah sistem dan proses. Pertanyaan untuk diri sendiri dan anak buah kita adalah "Bagaimana kita melakukan pekerjaan tersebut?" Bagaimana kita dapat melakukannya dengan lebih baik? Perubahan apa saja yang akan meningkatkan kemampuan kita untuk melayani pelanggan dan juga satu sama lain? Akhirnya yang ketiga, melibatkan struktur organisasi iu sendiri. Pertanyaan yang baik yang diajukan disini adalah,"Perubahan struktur mana saja yang perlu kita tempuh untuk menjadi lebih efisien dan efektif?"

Huruf V adalah singkatan dari Value Results and Relationship (Hargai Hasil dan Hubungan) Kita harus menghargai pelanggan kita lebih dahulu, dan nilai itu akan menuntun perilaku kita dan menjamin keberhasilan kita terus menerus. Apa yang tidak dimengerti kebanyakan orang ialah bahwa mereka dapat meraup hasil keuangan yang lebih tinggi kalau mereka mempunyai hubungan yang baik. Kita harus meningkatkan nilai hubungan dengan seorang mitra seperti halnya dengan hasil. Memimpin pada tingkat yang lebih tinggi mencakup hasil maupun hubungan.

Huruf E terakhir ialah Embody The Values (Mewujudkan Nilai) Ini adalah sesuatu yang mendasar dan berlangsung terus menerus. Kalau kita kehilangan kredibilitas sebagai pemimpin, potensi kepemimpinan kita akan sangat terbatas. Kita harus melakukan lebih daripada sekedar merumuskan nilai-nilai tersebut, kita tidak boleh hanya mengucapkannya, kita harus memperlihatkannya. Semua kepemimpinan sejati dibangun di atas kepercayaan. Salah satu adalah hidup konsisten dengan nilai-nilai yang kita akui. Kalau dikatakan bahwa pelanggan adalah penting, tindakan-tindakan kita seharusnya lebih mendukung pernyataan tersebut. Jika kita memilih untuk hidup seolah-olah pelanggan tidak penting, orang-orang akan mempunyai alasan untuk mempertanyakan kelayakan kita untuk dipercaya.

Akhirnya, bagi para pemimpin yang memimpin dengan tidak didasarkan pada kekuasaan atau jabatan sebaliknya, kepemimpinan yang lahir dari hati yang melayani, maka merekalah ilham bagi semua orang dan bagi calon pemimpin masa depan.

Antara Hard Skill dan Soft Skill

Mengapa ?

Dunia kerja percaya bahwa sumber daya manusia yang unggul adalah mereka yang tidak hanya memiliki kemahiran hard skill saja tetapi juga piawai dalam aspek soft skillnya. Dunia pendidikanpun mengungkapkan bahwa berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan sisanya 80% oleh soft skill.

Adalah suatu realita bahwa pendidikan di Indonesia lebih memberikan porsi yang lebih besar untuk muatan hard skill, bahkan bisa dikatakan lebih berorientasi pada pembelajaran hard skill saja. Lalu seberapa besar semestinya muatan soft skill dalam kurikulum pendidikan?, kalau mengingat bahwa sebenarnya penentu kesuksesan seseorang itu lebih disebabkan oleh unsur soft skillnya.

Jika berkaca pada realita di atas, pendidikan soft skill tentu menjadi kebutuhan urgen dalam dunia pendidikan. Namun untuk mengubah kurikulum juga bukan hal yang mudah. Pendidik seharusnya memberikan muatan-muatan pendidikan soft skill pada proses pembelajarannya. Sayangnya, tidak semua pendidik mampu memahami dan menerapkannya. Lalu siapa yang harus melakukannya? Pentingnya penerapan pendidikan soft skill idealnya bukan saja hanya untuk anak didik saja, tetapi juga bagi pendidik.


Apa ?

Konsep tentang soft skill sebenarnya merupakan pengembangan dari konsep yang selama ini dikenal dengan istilah kecerdasan emosional (emotional intelligence). Soft skill sendiri diartikan sebagai kemampuan diluar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan kemampuan intra dan interpersonal.

Secara garis besar soft skill bisa digolongkan ke dalam dua kategori : intrapersonal dan interpersonal skill. Intrapersonal skill mencakup : self awareness (self confident, self assessment, trait & preference, emotional awareness) dan self skill ( improvement, self control, trust, worthiness, time/source management, proactivity, conscience). Sedangkan interpersonal skill mencakup social awareness (political awareness, developing others, leveraging diversity, service orientation, empathy dan social skill (leadership,influence, communication, conflict management, cooperation, team work, synergy)


Pada proses rekrutasi karyawan, kompetensi teknis dan akademis (hard skill) lebih mudah diseleksi. Kompetensi ini dapat langsung dilihat pada daftar riwayat hidup, pengalaman kerja, indeks prestasi dan ketrampilan yang dikuasai. Sedangkan untuk soft skill biasanya dievaluasi oleh psikolog melalui psikotes dan wawancara mendalam. Interpretasi hasil psikotes, meskipun tidak dijamin 100% benar namun sangat membantu perusahaan dalam menempatkan ‘the right person in the right place’.

Hampir semua perusahaan dewasa ini mensyaratkan adanya kombinasi yang sesuai antara hard skill dan soft skill, apapun posisi karyawannya. Di kalangan para praktisi SDM, pendekatan ala hard skill saja kini sudah ditinggalkan. Percuma jika hard skill oke, tetapi soft skillnya buruk. Hal ini bisa dilihat pada iklan-iklan lowongan kerja berbagai perusahaan yang juga mensyaratkan kemampuan soft skill, seperi team work, kemampuan komunikasi, dan interpersonal relationship, dalam job requirementnya. Saat rekrutasi karyawan, perusahaan cenderung memilih calon yang memiliki kepribadian lebih baik meskipun hard skillnya lebih rendah. Alasannya sederhana : memberikan pelatihan ketrampilan jauh lebih mudah daripada pembentukan karakter. Bahkan kemudian muncul tren dalam strategi rekrutasi „ Recruit for Attitude, Train for Skill“.

Hal tersebut menunjukkan bahwa : hard skill merupakan faktor penting dalam bekerja, namun keberhasilan seseorang dalam bekerja biasanya lebih ditentukan oleh soft skillnya yang baik.
Psikolog kawakan, David McClelland bahkan berani berkata bahwa faktor utama keberhasilan para eksekutif muda dunia adalah kepercayaan diri, daya adaptasi, kepemimpinan dan kemampuan mempengaruhi orang lain. Yang tak lain dan tak bukan merupakan soft skill.


Bagaimana ?

Para ahli manajemen percaya bahwa bila ada dua orang dengan bekal hard skill yang sama, maka yang akan menang dan sukses di masa depan adalah dia yang memiliki soft skill lebih baik. Mereka adalah benar-benar sumber daya manusia unggul, yang tidak hanya semata memiliki hard skill baik tetapi juga didukung oleh soft skill yang tangguh.

Pada posisi bawah, seorang karyawan tidak banyak menghadapai masalah yang berkaitan dengan soft skill. Masalah soft skill biasanya menjadi lebih kompleks ketika seseorang berada di posisi manajerial atau ketika dia harus berinteraksi dengan banyak orang. Semakin tinggi posisi manajerial seseorang di dalam piramida organisasi, maka soft skill menjadi semakin penting baginya. Pada posisi ini dia akan dituntut untuk berinteraksi dan mengelola berbagai orang dengan berbagai karakter kepribadian. Saat itulah kecerdasan emosionalnya diuji.

Umumnya kelemahan dibidang soft skill berupa karakter yang melekat pada diri seseorang. Butuh usaha keras untuk mengubahnya. Namun demikian soft skill bukan sesuatu yang stagnan. Kemampuan ini bisa diasah dan ditingkatkan seiring dengan pengalaman kerja. Ada banyak cara meningkatkan soft skill. Salah satunya melalui learning by doing. Selain itu soft skill juga bisa diasah dan ditingkatkan dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan maupun seminar-seminar manajemen. Meskipun, satu cara ampuh untuk meningkatkan soft skill adalah dengan berinteraksi dan melakukan aktivitas dengan orang lain.

Teknik Sablon ( Pecah warna ) Menggunakan PhotoShop

Rabu, 15 Juni 2011

 
Sablon di Photoshop
 
Pertama - tama bahan yang perlu disiapkan:
Image ukuran yang cukup besar
  • Untuk image atau graphic merupakan hasil download ubah dulu resolusinya dari 72dpi (screen) menjadi 300dpi dengan ukuran yang sesungguhnya. Ini mutlak dilakukan. (menu image>imege size> pada resolution ubah jadi 300)
  1. Ubah color mode menjadi CMYK (image>mode> CMYK)
  2. Pilih menu window> channels maka akan keliatan channel masing2 warna (Cyan, Magenta, Yellow, blacK)
  3. Ada tanda panah ke bawah pada window channels di atas scroll bar, click dan pilih split channels Masing masing channel akan terpisah menjadi individual image dengan mode gray.
  4. Persiapkan warna dasar.
5. Untuk warna background putih maka step ini dilewatkan saja.
5.1 Untuk warna dasar hitam atau darkblue maka channels hitam tidak diperlukan, gantinya kita harus membuat warna putih. (makanya ambil image-nya saja klo pake warna hitam atau darkblue terus taruh di canvas baru yang warnanya item atau darkblue). channel black di-invert (menu image> adjustment> invert color). hasil akhirnya film ini akan digunakan untuk warna putih, bukan hitam.
6. Lakukan halftoning dengan sudut tertentu untuk masing-masing channel. Hal ini mutlak karena klo tidak akan terbentuk moire pattern, artinya masing-masing warna menumpuk warna yang lainnya jadi warna yang diinginkan malah tidak akan muncul. halftoning dilakukan pada masing-masing channel,
6.1 pilih menu image> mode> bitmap.
6.2 tur resolution menjadi 300dpi atau lebih besar (misal 600)
6.3 method pilih halftone screen lalu OK
6.4 selanjutnya atur frequency menjadi 45lpi untuk sablon kaos dan 65lpi (atau lebih besar) untuk offset
6.5 ubah shape menjadi ellipse atau diamond (untuk sablon kaos) atau round (untuk offset).
6.6 ini aturan untuk angle dari tiap2 channel: 6.6.1 untuk offset: C: 105 M:75 Y:90 K:45
6.6.2 untuk sablon: C:15 M:45 Y:75 K:75

jadi deh... tinggal di-print di atas transparansi pake printer laser atau inkjet (pake transparansi khusus inkjet). Jangan pake kalkir karena hasil expose kurang memadahi pada saat afdruk screen. Dijamin bisa. Klo gak percaya, tu mode diubah lagi jadi CMYK, ubah warna item tiap channel ke warna aslinya. tumpukin tepat ke satu bidang dengan transparency multiply. Tu cuma untuk liat hasil akhirnya. Klo pengen lebih yakin lagi... ya dipraktekin ke silkscreen terus disablon. inget, tinta harus transparan, dan kondisi setengah kering, terus yang disablon warna dominan dulu... misal merah, berarti yang disablon warna putih/hitam (cos ini warna dasar) timpa pake magenta, timpa pake yellow, baru timpa cyan (biasanya tukang sablon dah ngerti).
ps:
  • Untuk image atau graphic yang cuma item putih (grayscale) tinggal ubah mode jadi grayscale n resolusi 300dpi. Terus ubah jadi bitmap halftone screen shape diamond atau ellipse dan angle 45. Untuk warna dasar hitam invert color juga wajib dilakukan.
  • Warna background yang biasa digunakan untuk proses ini adalah putih, hitam, dan darkblue. Warna coklat tua, ungu tua, abu2 juga bisa masuk.
  • warna hitam atau putih bisa dihilangkan klo emang gak dibutuhkan

selamat mencoba